Saturday, May 21, 2011

Asam bol & kobis

ume tree
The tree is just 2 meters away from my writing room on the second floor. Second to my laptop, this is another thing I stare at every few moments of the day. The greenness from this tree, clears the tension from my eyes. If you look closely, the fruits are ripening. This is ume tree. The ume fruit is pickled with salt and the Malay people called in "asam bol" or "asam asin".
This land belongs to a neighbour and the tree has been there even before we build this house. This neighbour stays on this rental house but they make the house like their very own. They built a store room in a corner of the land and they extend the roof of the house to the wall, making some space outside. During summer, I hear them having beer party on this expended space but other times, I see fat cats wondering all over the place. I do wonder where these cats come from and who are their owners. These cats are not lost or stray. They are well-fed and all are very fat. But the strange thing is, this neighbour feeds them everyday. Feed those fat cats that don't belong to them. How kind can anybody get! Considering cat biscuits are not cheap to come by.
Last year, the ume fruits rotten on the trees. Now is the time to pick those still green fruits to make pickles like "umeboshi". But it is not my tree and it's not me to go around asking.

Okinawa vegetable
This morning hubby came back from the green grocer, calling me like he is so excited. I was doing my work on the top floor and thought there was some emergency. He was smiling and held high this bag of cabbage.
He said, "3 heads of cabbage for just 40 yen (that is about RM 1-)!
Whoah! for that price...it is like giving away.
He explains the weather is cool lately and cabbage grows good in the cool. There is over-supply of cabbage everywhere. That was the excitement. I think my hubby is more house-husband than I a house-wife. SMILE & Peace!

Don't assume living in Japan is hard or cost of living in Japan is high. That is not true. Not so on this island!

*****

Thursday, May 12, 2011

Bunga sawi

Bunga Sawi
Kebanyakan orang pernah melihat sayur sawi. Kadang-kadang ada juga yang terlihat bunga sawi pada hujung-hujung sayur sawi. Orang Jepun makan bunga sawi. Nano hana istilah orang Jepun memanggil bunga sawi. Mereka rebus bunga sawi dan campurkan sos dari biji bijan dan minyak bijan. Bunga sawi hanya boleh dimakan begini mengikut musim-musim tertentu saja. Lagi pun yang digunakan hanya bunga sawi yang muda saja. Jika bunga lambat dipetik, ketuaan membuat bunga-bunganya kasar dan tak berapa enak lagi.
Gambar itu menunjukkan padang sawi. Sayur sawi ini sengaja dinantikan sampai berbunga. Bunganya pun tidak dipetik. Selepas layu bunga-bunganya, benih sawi membesar seperti kacang dalam lenggai (kulit pod). Benihnya inilah yang dinanti-nantikan. Benih sawi digunakan untuk semaian tanaman baru pula.

*Lokasi gambar adalah di lereng bukit dekat dengan rumah penulis.*

*****

Tuesday, May 03, 2011

Cerpen: Ruang Sastera

Saya seorang pesimitik. Kala-kala perangai ini terbawa-bawa sehingga saya enggan beramah mesra dengan orang-orang yang saya rasa lebih berkaliber dan lebih bijak dalam penulisan mereka. Saya bukan sombong. Saya sudah terbiasa tinggal bersendiri di pulau ini, tanpa kawan sekampung untuk berbicara.
Penulis-penulis di Malaysia memperjuangkan bahasa di khalayak sendiri, memajukan bahasa dengan niat untuk memperkuatkan taraf bahasa Melayu di masyarakat yang kian melalaikannya.
Saya penulis yang terbuang jauh di pulau Selatan Jepun. Duduk saban malam sendiri, mengetuk kekunci alatnya berjuang di medan bahasa untuk matlamat ini.
Berdiam-diam di dunia saya, saya juga berusaha dengan cara tersendiri. Saya tidak naik pentas, saya tidak mendeklamasi puisi dalam dewan bersama para pendengar berbangsa Melayu, saya tidak berpeluang bermesra dengan pengawai tinggi dalam alam penulisan bahasa Melayu.
Saya bersendiri. Saya seorang. Jauh di pulau ini.

Kerana jarak yang jauh ini, saya tidak sedar cerpen

(http://cyberita.asia1.com.sg/mrencana/story/0,6879,187580-1304287140,00.html)

ini
telah diterbitkan (pada 1 Mei, 2011 di akbar utama Berita Harian, Singapura) sehinggalah dimaklumkan melalui emel dari penerbitnya sendiri.

Inilah hasil perjuangan saya, dan saya harap saya diterima dalam kumpulan kamu. Berilah saya peluang menjadi anggota bersama menperjuangkan bahasa yang tercungap-cungap ini.

*****